17 September 2024

Sejarah Desa

SEJARAH DESA KEPOLOREJO

(Oleh Drs. Soetarjono)

 

Kelurahan Kepolorejo yang sekarang ini pada tahun 1700 terdiri dari 3 desa kecil-kecil yang dipimpin­ oleh para Kepala Desa atau Demang. Desa-desa kecil itu adalah:

Desa DANGUK, yang mempunyai 3 dukuhan, yaitu dukuh Onggoprayan, dukuh Grogol dan dukuh Sawahan. Penduduk desa pada waktu itubaru sekitar 70 orang. Kondisi daerahnya masih berupa pohon-pohon besar dan deretan rumpun-rumpun bambu berduri.

  1. Desa SUDIMORO, yang memiliki 2 dukuhan , yaitu dukuh Jurangmangu dan dukuh Gayam. Penduduknya baru sekitar 60 orang. Kondisi daerahnya juga masih banyak berwujut gerombolan pohon-pohon besar dengan rumpun-rumpun bambu berduri.
  2. Desa KLEDOKAN, yang mempunyai 3 dukuhan, yaitu dukuh Wtulawang, dukuh Balikambang dan dukuh Plesan. Penduduknya baru sekitar 70 orang. Kondisi daerahnya sama dengan desa-desa sekitar, berupa pohon-pohon besar dan rumpun-rumpun bambu berduri.

Ketiga desa tersebut berdiri sejak Magetan dibawah pemerintahan Kanjeng Bupati Yosonegoro, yakni sekitar tahun 1675 s/d 1705.

 Pada tahun 1825 s/d 1831 desa-desa itu pelarian dari Jawa Tengah, ada yang dari kalangan bangsawan Mataram Yogjakarta Hadiningrat, ada yang dari kalangan bangsawan Surakarta Hadiningrat. Adapula dari prajurit-prajurit Pangeran diponegoro. Mereka lari ke daerah sebelah timur Gunung Lawu ini karena kalah perang dan terus dikejar-kejar oleh Kompeni Belanda untuk ditangkapnya. Banyak dari pelarianini yang tertangkap oleh kompeni Belanda dan dibunuhnya. Jenasah para bangsawan dan prajurit-prajurit Diponegoro yang meninggal dunia dimakamkan ditepi-tepi sungai Gandong sejak dari dukuh Jawar desa Candirejo sampai desa Tambran.

Oleh karena itu tidak mengherankan apabila di tepi-tepi sungai Gandong sepanjang Kota Magetan banyak terdapat makam-makam kuno.Makam-makam kuno ini tidak lain adalah makam para bangsawan Mataram dan surakarta serta makam pahlawan, kerabat keraton, dan prajurit Pangeran Diponegoro yang mempertahankan tanah tumpah darahnya dari jarahan Kompeni Belanda. Prajurit-prajurit itu rela mempertahankan jiwa dan raganya demi Ibu Pertiwi, demi nusa dan bangsa. Mereka yang terhindar dari kejaran musuh lari ke desa-desa mencari tempat yang aman. Tidak hanya ke desa Kepolorejo saja , tetapi lari ke desa-desa lain di wilayah Magetan khususnya, dan ke daerah sebelah timur Gunung Lawu umumnya.

 Pada jaman bupati Magetan dipegang oleh Raden Mas Aryo Kertonegoro sekitar tahun 1837, beliau mendirikan perumahan Kabupaten untuk Bupati, Paseban , serta lahan-lahan pekarangan yang letaknya di sebelah selatan sungai Gandong. Perumahan dan paseban itu sekarang sudah tidak adadan diganti dengan bangunan-bangunan baru, antara lain Pendopo Surya Graha dan bangunan sekitarnya.

 Sejak Bupati Raden Mas Aryo Kertonegoro ini pulalah Desa Sudimoro dan desa Danguk dikasut atau digabung menjadi salah satu desa dan dinamakan Desa Karanganyar yang dipimpin oleh seorang Lurah. Sedangkan desa Kledokan tidak diadakan perubahan.

 

Pada tahun 1902 desa Karanganyar dan desa Kledokan mulai dibangun sarana-sarana kebutuhan masyarakat. Dipinggir-pinggir jalan oleh Pemerintah Kabupaten Magetan dipasang pipa-pipa saluran air minum dan dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat desa.

Desa Karanganyar dipasang 3 buah pancuran air minum untuk umum dan desa Kledokan dipasang 2 buah pancuran air minum untuk minum.

Pada tahun 1907, desa Karanganyar dan desa Kledokan mulai membuat sungai (irigasi) untuk kebutuhan masyarakat terutama untuk pengairan sawah. Air irigasi ini berasal dari Seclongap dukuh Jejeruk desa Candirejo. Disana airnya dibendung dan dipasang alat pengatur air (waterverdeeling). Masyarakat sangat senang dengan adanya sarana kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk kebutuhan pertanian ini.

 

Pada tahun 1921 oleh Pemerintah Kabupaten Magetan desa Karanganyar dan desa Kledokan dikasut (dijadikan satu). Saat itu diadakan pilihan Kepala Desa. Tiap desa hanya diperbolehkan mengajukan seorang calon Kepala Desa. Jadi hanya ada 2 orang calon yang maju dalam pemilihan tersebut. Dan hasil pilihan dimenangkan oleh Kepala Desa Kledokan. Dalam pemilihan kepala desa itu suasana sangat ramai dan meriah (bhs Jawa : Rejo). Selesai pilihan Bendoro Patih Purbowinoto mengumumkan bahwa desa kasutan ini dinamakan Desa Kepolorejo.  Karena dalam pemilihan Kepala (bhs.Jawa : Kepolo) desa ini suasana sangat meriah (bhs. Jawa : Rejo). Dan yang menjabat sebagai Kepala Desa pertama setelah kasutan adalah Wirosuparto Sugiman. Dalam pemerintahannya, Desa Kepolorejo mengalami kemajuan yang cukup menyenangkan masyarakat.

 

Sejak HS. Wirosuwarno alias Siman dan seterusnya, Kepolorejo mengalami kemajuan setapak demi setapak. Yang menjabat Kepala Desa pun dipilih silih berganti.

 

Adapun secara berturut-turut yang menjadi Kepala Desa di Desa Kepolorejo yang diketahui sampai saat ini adalah :

  1. Wirosuparto Sugiman
  2. Wirosuwarno al. Saiman.
  3. Sukaryo Hp.
  4. Sutoro
  5. Tarkun
  6. Sareh
  7. Soewandi
  8. Sakat D.
  9. Tri Suko
  10. Budi Priyo Utomo
  11. Ikhsan Badra Abirawa
  12. Julianto Dwi Prasodjo, S.Sos.
  13. Aditya Surendra Mawardi, SE.MM

 

DWI SETIYANINGSIH, S.SOS (SEKRETARIS KELURAHAN)    JUWARNI, S.SOS. (KASI PEMERINTAHAN DAN TRANTIB)    DIDIK SUYITNO, SH (KASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT)    TRI HARINI SE (KASI KESEJAHTERAAN SOSIAL)    HENI NASTITI (PETUGAS PELAYANAN)    PRAMUDYA EKA T (PERANGKAT)    AJIK TRIYONO (PERANGKAT)    SLAMET WIDODO (PERANGKAT)